Bangkitnya Belanja Online di Asia

Bangkitnya Belanja Online di Asia – Pesatnya tren penggunaan Internet di smartphone yang ada di Asia, memudahkan masyarakat untuk beraktivitas, termasuk berbelanja online. Tidak heran jika pada saat ini Asia bagaikan surga bagi pasar e-commerce.

Berdasarkan data yang ada dari Kantar Worldpanel, bisnis e-commerce di negara-negara seperti China, Taiwan, dan Korea mengalami pertumbuhan lebih dari 30 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Menurut sebuah kajian yang ada dari lembaga ini, Negara-negara Asia Timur itu memiliki proporsi pasar penjualan barang konsumen yang bergerak cepat (fast moving consumer goods/FMCG) lewat portal e-commerce yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat atau Eropa. pokerasia

“Hasilnya, pada saat ini terdapat banyak merek online dan juga online marketplace baru semakin berkembang,” kata General Manager Kantar Worldpanel Indonesia, Venu Madhav, melalui rilis pers. https://www.mrchensjackson.com/

Bangkitnya Belanja Online di Asia

Sementara itu, pasar tradisional yang ada di Asia mulai bertransformasi menjadi multichannel retailer seperti di Thailand, Filipina, dan Indonesia. Contoh, mataharimall.com dan lainnya, di mana sebelumnya brand Matahari adalah berupa toko offline.

Potensi Indonesia

Indonesia memberikan tawaran pasar e-commerce yang sangat menjanjikan, mengingat setengah dari 250 juta populasi Indonesia adalah masyarakat berumur di bawah 30 tahun yang sudah sangat fasih dengan dunia online. Sejalan dengan bermacam nya tren yang terjadi seperti meningkat nya penetrasi smartphone, urbanisasi, dan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) di kalangan masyarakat Indonesia pada 2016, bisnis e-commerce diharapkan dapat memberikan performa yang lebih baik di 2017.

Akan tetapi di FMCG, tercatat hanya sebanyak 1,9 persen saja rumah tangga yang berada di daerah urban Indonesia yang melakukan pembelian dan transaksi produk FMCG melalui e-commerce (mengacu data dari Kantar Worldpanel pada 2016). Meskipun angka penetrasi tersebut terbilang sangat kecil, pertumbuhan dari rumah tangga yang melakukan belanja FMCG melalui portal online meningkat sangat pesat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ini terjadi karena adanya permintaan yang besar dari konsumen yang dipicu oleh dua faktor utama.

Faktor pertama, meningkatnya frekuensi belanja FMCG akibat promosi. Konsumen dari berbagai lapisan ekonomi menyukai penawaran yang dianggap menguntungkan.

Faktor kedua adalah adanya keinginan dari konsumen untuk mendapatkan kenyamanan dan kemudahan akses dalam berbelanja, baik di lingkup global maupun local kapan pun dan di mana saja.

Nadya Ardianti yang merupakan seorang Direktur Komersial Kantar Worldpanel Indonesia, menjelaskan bahwa transaksi FMCG di pasar e-commerce masih meningkat dengan laju pertumbuhan dua digit. Begitu pula yang telah terjadi di negara-negara maju yang pasarnya masih sangat ekspansif. Untuk Indonesia, fokus utama nya masih berada pada upaya peningkatan angka penetrasi pasar e-commerce, dengan cara mendorong masyarakat untuk berbelanja produk FMCG secara online.

Hambatan

Sayangnya, masih ada beberapa hal yang dianggap sebagai halangan bagi pembelanjaan online. Halangan pertama, konsumen tidak merasa nyaman karena tidak dapat melihat produk secara langsung dan tidak bisa membayar secara tunai saat belanja online.

Di Indonesia konsumen cenderung belanja di tempat yang terjangkau seperti warung atau minimarket daripada belanja online. Kendala kedua, konsumen tidak mendapatkan kepastian tentang produk, mereka tidak bisa melihat tanggal kadaluarsa secara langsung.

Hal ini perlu menjadi perhatian terutama untuk produk makanan dan minuman. Selain itu mereka juga tidak yakin terhadap fisik produk. Kendala ketiga, tingkat harga yang ditawarkan dan seringnya promosi membuat konsumen merasa khawatir akan kualitas produk. Selain itu banyak dari mereka yang melakukan belanja secara impulsif dan tak terencana. Begitu pun saat membeli merek baru.

Dengan semakin berkembangnya gaya hidup urban, kenyamanan tentu menjadi salah satu faktor yang diincar oleh konsumen. Go-Mart yang merupakan salah satu aplikasi belanja berbasis online dari Go-Jek, ialah salah satu media yang mendukung konsumen melakukan belanja kebutuhan sehari-hari secara online. Nadia Tenggara yang merupakan Vice President Go-Food, mengatakan bahwa 65 persen dari penjualan Go-Mart didominasi oleh pembelanjaan produk FMCG dengan performa yang terus mengalami peningkatan sebesar 5 persen dari bulan ke bulan.

Menurutnya, peningkatan populasi kalangan menengah yang ada di Indonesia telah menyebabkan kenaikan yang signifikan pada penetrasi smartphone dan aplikasi seluler. Ditambah lagi, keadaan lalu lintas di kota-kota besar yang kurang kondusif, telah menyebabkan adanya pergeseran pada perilaku belanja masyarakat. Ke depan, dengan tren pertumbuhan nya e-commerce ini diharapkan pasar online akan terus bertumbuh pada sektor FMCG. Meskipun begitu, para pelaku bisnis FMCG di Indonesia tetap perlu memperhatikan agar tidak meninggalkan fokusnya pada pasar offline bersamaan dengan terus mengeksplorasi kesempatan di industri e-commerce.

Bisa dikatakan bahwa semua orang sangat suka untuk berbelanja, apakah Anda juga merupakan salah satunya? Menariknya, belanja juga digunakan sebagai salah satu bentuk terapi saat seseorang sedang menghadapi situasi yang sulit atau sekedar untuk memperbaiki suasana hati yang buruk.

Menurut para ahli, belanja dalam dosis kecil dan masih bisa diatur dapat menenangkan jiwa. Sebuah studi bahkan mengungkapkan bahwa belanja dapat memperbaiki suasana hati yang buruk dalam jangka panjang.

berikut ini adalah beberapa alasan mengapa terapi belanja bisa bekerja pada semua orang. Penasaran?

1. Otonomi

Forbes pernah mencatat bahwa belanja bisa menjadi mekanisme penanganan yang logis bagi orang-orang yang merasa tidak memiliki kendali atas lingkungan atau situasi mereka sendiri. Orang-orang ini akan merasa mampu untuk mengendalikan ke mana mereka pergi dan apa yang akan dibeli.

Pada saat orang-orang merasa tidak bisa melakukan apa pun tentang keadaan diri sendiri, maka mereka akan beralih ke kebiasaan belanja untuk menjalankan otonomi. Apakah ini terdengar masuk akal bagi Anda?

Bangkitnya Belanja Online di Asia 1

2. Visualisasi

Belanja bisa menjadi sumber persiapan mental. Saat seseorang sedang belanja, mereka secara alami memvisualisasikan bagaimana mereka akan menggunakan produk yang sedang dipertimbangkan.

Dengan melakukan hal tersebut, mereka juga memvisualisasikan kehidupan baru diri mereka sendiri. Hal ini dapat menjadi pendorong kinerja dan juga menjadi perendam kegelisahan.

Ada dua saat paling padat belanja dalam kehidupan seseorang, berbarengan dengan dua transisi terbesar mereka, yaitu menikah dan melahirkan. Belanja akan membantu Anda mempersiapkan transisi ini tidak hanya secara fungsional, akan tetapi juga secara mental, dan juga dapat membantu Anda merasa lebih terkendali dan mengurangi kecemasan terhadap masa depan yang belum jelas.

3. Citra diri

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Consumer Research menemukan bahwa belanja juga dapat mengatasi tantangan terhadap citra diri, melindungi diri sendiri dari potensi tantangan. Contohnya saat pindah ke kota yang baru untuk sebuah pekerjaan, Anda tentu menyiapkan banyak pakaian baru sebagai niat sukses, meningkatkan kepercayaan diri, dan menciptakan kesan pertama yang baik.

4. Melarikan diri

Belanja juga bisa menjadi salah satu sarana istirahat sejenak dari tugas dan tanggung jawab yang sulit, bahkan dapat memperbaiki kinerja dan juga pengambilan keputusan. Belanja juga dapat menjadi penyegar mental, tanpa kemasan dan perencanaan.