Fenomena Belanja Online

Fenomena Belanja Online

Fenomena Belanja Online – Masih takut dengan kata-kata “Limited Edition?” atau rela pagi-pagi buta untuk menunggu pintu bioskop dibuka biar gak kehabisan tiket film ?. Prediksi 20 sampai 50 tahun yang lalu bahwa semua aktivitas manusia akan digantikan oleh mesin, nampaknya benar. Prediksi tersebut sudah terlihat dalam fenomena bisnis yang bernama ‘online shop’.

Kalimat “belanja sampai mati” ialah sebuah kalimat yang sering sekali mengkritisi fenomena pada saat ini, dimana masyarakat yang kian gemar membelanjakan uang secara online atau berbasis teknologi tiada henti yang menyebabkan mereka akhirnya tergiring didalam sebuah gaya hidup yang konsumtif. idnpoker

Budaya belanja sangat mudah melalui internet diyakini telah menggeser budaya belanja lama seperti rutin berbelanja mendatangi secara fisik pasar-pasar tradisional atau super mall yang berkelas. Akan tetapi pada saat ini keberadaan teknologi seperti internet menjadi akses penggerak yang menyeramkan yang akan terus menggerakan porosnya untuk melahap bisnis-bisnis global berpeluang tinggi dan menghadirkan kerajaan bisnis online shop seperti yang terjadi pada sekarang ini. www.benchwarmerscoffee.com

Fenomena Belanja Online

Dimana masyarakat tidak perlu lagi bersusah payah untuk pergi keluar dari rumah, berpanas-panasan, mengalami kemacetan lalu lintas hingga mengantri untuk membayar demi membeli satu set baju keluaran terbaru dengan merek ternama, saat ini online shop memanjakan masyarakat dengan menghemat energi mereka, barang sampai ditempat tujuan hanya dengan duduk manis didepan gadget-gadget yang Anda miliki.

Ya, dunia pada saat ini sudah berubah kian praktis. Sayangnya ditengah fungsi yang sangat praktis tersebut fenomena munculnya situs belanja online justru menjadi momok yang memilukan. Sebab segala kemudahan nya itu membuat karakter masyarakat perlahan dirubah menjadi manusia-manusia konsumtif, manusia yang gemar bermanja-manja didepan laptop hanya untuk mendiskusikan sepasang sepatu dengan merek ternama.

Internet saat ini juga memunculkan toko-toko online dengan wujud situs-situs yang menawarkan jasa, barang, tiket pesawat hingga kamar hotel dengan iming-iming diskon yang besar-besaran seperti yang dilakukan oleh traveloka.com, agoda.com. tiket.com. livingsocial.co.id dan masih banyak situs lain yang serupa.

Media sosial Facebook, twitter, instagram hingga Blackberry Messenger (BBM) menjadi sasaran empuk para mediator bisnis online tersebut. Para penjual saat ini bisa melakukan update status kapan saja dan broadcast BBM sehingga konsumen seolah dipaksa untuk menerima informasi produk tersebut.

Data MasterCard Online Shopping Behaviour Study menunjukan bahwa pengguna internet yang ada di Indonesia mempunyai tingkat kepuasan paling tinggi (96%) terhadap online shopping di antara 14 negara kawasan di Asia Pasifik. Menurut Irni Palar selaku Country Manager, MasterCard Indonesia mengatakan bahwa peningkatan akses terhadap online shop yang diikuti dengan tinggi nya kepuasan tentu membuat Indonesia menjadi salah satu pasar transaksi online terbesar diantara negara Asia yang lain nya.

Data tersebut menunjukan bahwa kebanyakan masyarakat yang ada di Indonesia memiliki antusiasme terhadap kehadiran online shop yang dianggap angin segar terutama bagi kaum muda yang sedang gemar-gemarnya menunjukan identitas diri mereka melalui beragam merek. Tak heran jika banyaknya situs online shop yang berkembang dengan pesat di pasar Indonesia di bandingkan di negara lain, contohnya terlihat pada situs Lazada.co.id merilis situs online pertama nya dilakukan di Indonesia pada tahun 2012 disusul di Malaysia dan Fillipina.

Terdapat survei yang dilakukan di 25 negara dengan periode antara 5 desember 2011 hingga 6 februari 2012, dilengkapi dengan wawancara mengenai prilaku  berbelanja online terhadap 7.373 responden yang ada di 14 negara. Terlihat bahwa hampir di setiap negara kecenderungan dalam melakukan pembelian online diatas 50%, termasuk Indonesia (76%).

Negara Thailand menempati posisi teratas sebanyak 80% dan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 10%untuk melakukan kecenderungan belanja online, Thailand dan China 93% diikuti Vietnam 87%. Korea 84%, Malaysia 79%

Responden juga mengaku banyak membeli online produk-produk aplikasi (31%) dan musik (24%) di ikuti pembelian voucher diskon  (17%), pembelian pakaian dan asesori (17%), serta tiket bioskop (16%).

Kehadiran online shop dan internet merefleksikan sebuah zaman modernisasi global. Pada saat ini semua transaksi bersifat maya, alias semua produk, penjual, transaksi pembayaran dilakukan secara virtual. Online shop juga tidak membutuhkan biaya operasional layaknya toko offline, sehingga online shop mempunyai keunggulan dibanding toko offline, salah satunya biaya produk yang lebih murah dibandingkan produk pada toko offline, kita juga bisa berbelanja di rumah tanpa harus keluar bermacet-macetan, menghadapi udara yang panas dan tentunya menghindari antrian yang panjang, sebab online shop memiliki sistem pembayaran transfer sehingga pelanggan dapat menghemat uang dan juga dapat menghemat waktu.

Sistem online shop dilakukan serba elektronik, dimana seorang penjual akan mengirimkan nomor rekening toko online mereka agar konsumen dapat mentransfer total belanja nya beserta dengan ongkos kirimnya. Semua tahap dilakukan begitu mudah, maka tak heran jika bisnis online shop-pun juga mampu meraup omset yang tak kalah banyaknya dengan pebisnis offline.

Meningkatnya situs online shop ini menunjukan bahwa pesatnya perkembangan konsumerisme yang ada di Indonesia. Konsumerisme sendiri adalah faham dimana seseorang melakukan konsumsi terhadap produk secara berlebihan.

Survei Penyedia Teknologi Pembayaran Global Visa menunjukan bahwa terdapat tiga tipe dari para pembeli online yang teridentifikasi , pertama adalah kategori pembeli mature (45%) yang rata-rata membelanjakan uang senilai Rp.6.5 juta/tahun untuk kategori travel dan retail. Kedua, ialah emergent (23%) yaitu para pembeli yang hanya membeli satu atau dua jenis barang secara online dengan kisaran belanja Rp.4 juta/bulan.Ketiga, adalah envolving (29%) yaitu pembeli online yang berbelanja sekitar Rp.5 juta/bulan nya untuk membeli 3 sampai dengan 4 jenis barang.

Seiring semakin berkembang nya perekonomian global sebuah negara maka secara otomatis akan berubah pula pola hidup masyarakat dinegara tersebut. Saat ini kegiatan berbelanja sudah bukan lagi menjadi sebuah kebutuhan melainkan bergeser didasarkan sebuah kesenangan belaka.

Fenomena Belanja Online 1

Kesenangan tersebut menjadi cikal bakal nilai-nilai konsumtif. Konsumsi simbol-simbol saat ini menjadi sangat mudah dengan keberadaan online shop, dimana individu diposisikan dalam sebuah ‘kegelisahan’, gelisah ketinggalan mode, gelisah takut keriput, takut hitam dan sebagainya. Kegelisahan itulah yang semakin menyuburkan para online shop untuk terus memperbesar dirinya dalam dunia maya.

Ada banyak situs belanja online yang ada di Indonesia, situs tersebut menawarkan beraneka produk mulai dari produk fashion, kosmetik, elektronik hingga kesehatan. Kelengkapan variasi produk inilah yang menjadi simbol bahwa para aktor memang menggarap serius bisnis tersebut. Kegemaran belanja telah menjadi pola hidup masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Para aktor dibelakang panggung online shop mulai dari individu hingga perusahaan multinasional.

Semoga saja kini masyarakat Indonesia semakin cerdas membedakan antara kebutuhan dan keinginan semata, agar tidak terjebak dalam budaya konsumtif yang semakin merajalela. apakah anda juga hoby berbelanja online?