Tren Belanja Online Menggeliat

Tren Belanja Online Menggeliat

Tren Belanja Online Menggeliat – Pada tahun 2017 lalu, toko-toko ritel di Indonesia berguguran.

Banyak perusahaan waralaba bahkan menutup semua tokonya di dalam negeri.

Tercatat pada tanggal 30 Juni 2017, terdapat 30 gerai Sevel tutup bersamaan akibat kerugian yang berkepanjangan. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Berikutnya, pada tahun yang sama Matahari Departmen Store (Matahari) juga terpaksa ditutup.

Ritel yang mempunyai cabang di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M harus gulung tikar pada September 2017.

Sementara itu, dari 2016 hingga 2017 penutupan toko fisik di Amerika Serikat lebih dari tiga kali lipat menjadi sekitar 7.000.  idn poker

Apakah fenomena tersebut menunjukkan gejala senjakala toko fisik?

Peneliti yang berasal dari University of Arizona, Sabrina Helm memutuskan untuk mencari tahu dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Retailing and Consumer Services.

Tren Belanja Online Menggeliat

Melansir sciencedaily.com, Helm dan koleganya mensurvei hampir 400 konsumen tentang kebiasaan belanja dan persepsi mereka tentang toko ritel saat ini.

Meskipun mereka lebih memilih belanja online, kebanyakan responden sepakat akan satu hal: jika toko fisik menghilang sepenuhnya, itu akan memiliki konsekuensi negatif bagi masyarakat, seperti kehilangan pekerjaan, lebih sedikit kesempatan untuk interaksi sosial dan bahkan mungkin peningkatan jenis kejahatan tertentu.

Helm mengatakan, kebangkitan belanja online tidak sepenuhnya disalahkan kendati menjadi faktor utama.

Antara tahun 2011 dan 2016, penjualan e-commerce meningkat 101 persen.

Untuk mengetahui bagaimana perasaan para konsumen tentang alternatif berbelanja, Helm dan rekan-rekannya menganalisis lebih dari 1.600 komentar atas artikel berita online terkait penutupan toko atau lingkungan ritel yang terus berkembang.

Helm kemudian melakukan survei online dan bertanya kepada sekelompok orang dengan berbagai pertanyaan terbuka tentang preferensi dan persepsi belanja mereka.

Responden yang lebih suka belanja online mengutip banyak alasan yang diharapkan: cepat, nyaman, dan menawarkan banyak pilihan.

Bagi beberapa orang yang lebih tua maupun orang yang memiliki cacat atau tantangan mobilitas tertentu, belanja online adalah satu-satunya cara untuk melakukan pembelian.

Beberapa orang lainnya bahkan mengatakan mereka suka belanja online karena memungkinkan mereka menghindari interaksi dengan orang lain.

Sementara itu, mereka yang senang berbelanja di toko mengatakan mereka menyukai pengalaman sentuhan.

Mereka ingin dapat menyentuh produk – terutama pakaian dan makanan – sebelum membelinya.

Banyak juga yang mendeskripsikan pergi ke toko sebagai pengalaman sosial yang menyenangkan karena dapat dilakukan bersama keluarga atau teman.

Tidak seperti responden yang suka berbelanja online, mereka mengaku menikmati berinteraksi dengan orang asing.

Yang lain bahkan mengatakan bahwa berbelanja di toko nyata penting bagi kesehatan fisik mereka.

Namun, terlepas dari preferensi belanja pribadi, ketika para responden diminta untuk membayangkan sebuah dunia yang sama sekali tidak memiliki toko fisik, sebagian besar mengatakan itu akan berdampak buruk bagi masyarakat.

“Sebagian besar mengatakan ini akan sangat buruk,” kata Helm, sebagaimana dikutip sciencedaily.com.

“Ada perasaan bahwa toko fisik adalah bagian dari struktur sosial masyarakat kita. Jika itu menghilang, banyak yang khawatir tentang ekonomi dan apa yang akan dilakukan untuk pekerjaan dan pendapatan masyarakat. Banyak orang juga mengatakan bahwa toko fisik masih penting untuk kualitas hidup mereka,” imbuhnya.

Selain itu, ada juga responden yang memiliki pandangan yang lebih baik tentang dunia tanpa toko.

Kelompok ini beralasan bahwa e-commerce adalah pilihan yang lebih baik dan ruang ritel dapat diubah sebagai taman dan ruang hijau, yang akan mendorong orang untuk terlibat dalam kegiatan lain selain berbelanja.

Tren belanja online saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat tak hanya di dunia tetapi juga di Tanah Air.

Belanja online tak hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari, namun belanja online juga mencakup pembelian tiket pesawat, kamar hotel hingga tiket kereta api.

Tren belanja online untuk travelling ini tentu menumbuhkan dan mengembangkan industri jasa.

Pasalnya, hanya bermodalkan handphone, belanja online ini bisa dilakukan dimana pun dan kapan pun.

Executive Director Nielsen Indonesia yang bernama Budy Gounawan mengatakan konsumen di seluruh dunia menunjukkan adanya permintaan yang terus meningkat untuk solusi nyaman yang dapat membantu menyederhanakan hidup mereka, dan hal ini sangat mempengaruhi kebiasaan konsumsi dan belanja mereka

Lebih dari seperempat konsumen global mengatakan mereka mencari produk yang membuat hidup mereka lebih mudah sebesar 27% dan nyaman digunakan sebesar 26%.

Perangkat seluler dan platform digital membentuk pengalaman konsumen dan mengubah keterlibatan dari merek dan produk ke konsumen.

Berdasarkan Nielsen Quest for Convenience Report, sebesar 74% konsumen online Indonesia menikmati kebebasan terhubung kapan saja, dimana saja. Lalu sebesar 63%  konsumen menyatakan bahwa memiliki perangkat seluler yang terhubung dengan internet membuat hidup mereka jadi lebih baik.

“Sebesar 59% konsumen Indonesia mengatakan mereka menggunakan perangkat mobile untuk membandingkan harga pada saat akan berbelanja,” ujarnya dalam siaran pers.

Konsumen Indonesia lebih sering melakukan pembelanjaan online untuk membeli produk terkait fesyen sebesar 63% dan kebutuhan travel 63%.

“Kenyamanan dapat diartikan berbeda oleh konsumen yang berbeda, tergantung pada keadaan mereka, budaya, lokasi, kematangan pasar dan akses kepada teknologi. Intinya kenyamanan itu adalah kemampuan melepaskan diri dari beban pekerjaan rutin, sehingga kita bisa memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal yang penting bagi kita,” tutur Budy.

Tingginya minat masyarakat untuk melakukan pembelian akomodasi wisata melalui online membuat agen penjualan wisata online mulai tumbuh.

Pengamat Ekonomi Bisnis dari Universitas Indonesia Ari Kuncoro tak memungkiri terdapat perubahan masyarakat dalam melakukan belanja yang saat ini serba online.

Banyaknya masyarakat yang menggunakan situs belanja online karena kemudahan yang diberikan dan dapat menggunakan alat pembayaran kredit card sehingga tak mengganggu kebutuhan hidup selama 1 bulan.

“Jadi yang gajinya pas-pasan pun dapat ngutang beli barang ataupun traveling beli tiket dulu. Jadi ga harus nunggu dia punya uang dahulu,” katanya.

Maraknya masyarakat yang memilih membeli tiket perjalanan wisata dibandingkan membeli produk barang karena adanya fenomena media sosial terutama instagram.

Fenomena ini membuat orang berwisata dan mengupload foto saat berwisata lalu di-like dan di-comment.

“Butuh aktualisasi diri dan banyak tiket murah sehingga banyak yang memilih untuk beli tiket online,” ucap Ari.

Diperkirakan pertumbuhan masyarakat yang membeli tiket online untuk traveling mencapai sebesar 5,7% sepanjang tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya bertumbuh sebesar 5,3%.

Pertumbuhan pembelian tiket traveling online ini diperkirakan terus meningkat dan bakal terjadi perubahan pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh industri jasa.

“Konsekuensinya pemerintah harus menyiapkan objek wisata, hotel, kerajinan, karena gaya hidup baru yang lebih travelling,” kata Ari.

PR Manager Traveloka Busyra Oryza mengatakan penjualan tiket pesawat dan hotel setiap tahunnya melalui situs online menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Saat ini jumlah download aplikasi Traveloka telah mencapai 40 juta kali atau meningkat 4x lipat sejak akhir 2016.

“Kami juga sangat optimis dengan pertumbuhan pariwisata Indonesia, karena melihat tren peningkatan masyarakat untuk berlibur, merasakan pengalaman baru dan menciptakan momen kebersamaan dengan keluarga dan orang terdekat,” ujarnya.

Tren Belanja Online Menggeliat 1

Tantangan yang dihadapi situs travel online saat ini yakni memberikan pengalaman booking yang komprehensif tidak hanya untuk produk perjalanan tetapi juga gaya hidup.

“Maka dari itu kami telah meluncurkan beragam produk baru yang semakin melengkapi kebutuhan pelanggan mulai dari transportasi (tiket pesawat, kereta, car rental, dan bus), akomodasi, dan gaya hidup (kuliner dan aktivitas & rekreasi),” ucapnya.

Tantangan tersebut terus memacu semangat dan komitmen Traveloka sebagai perusahaan teknologi untuk selalu berinovasi dan pengembangan produk dengan pendekatan berbasis fokus pada kebutuhan pengguna.

Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan, tidak hanya dalam bentuk produk namun juga layanan asuransi untuk pemesanan tiket pesawat dan hotel dengan bekerja sama dengan Chubb.

Secara umum, terdapat tren yang baik dari pemesanan asuransi perjalanan. Sejak diluncurkan hampir 3 tahun lalu, pengguna yang menggunakan asuransi meningkat hingga 50% setiap tahunnya, sedangkan besaran belanja asuransi perjalanan meningkat hingga 85% setiap tahunnya.

Dengan hanya menambahkan biaya mulai dari Rp12.500 pengguna bisa mendapatkan manfaat perlindungan hingga ratusan juta rupiah.

“Ke depannya pihaknya akan terus mengembangkan potensi dari produk asuransi ini agar dapat dinikmati oleh pengguna kami di produk-produk Traveloka lainnya sehingga pengguna kami mendapatkan ketenangan saat melakukan perjalanan,” tutur Busyra